Pages

 

Senin, 01 Mei 2017

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

1 komentar

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman multiguna yang dapat memberikan banyak manfaat.  Tanaman ini dapat mengahasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit.  Selain itu, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan bahan biodiesel, lumpur sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak, tandan kosongnya dapat digunakan sebagai pupuk organik, serta pulp kayunya digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas.  Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia, perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta.  Sehingga produksi kelapa sawit di Indonesia dapat berpengaruh terhadap melambungnya nilai devisa negara (Sukamto, 2008).

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Minyak kelapa sawit memiliki keunggulan apabila dibandingkan dengan minyak nabati lainya seperti minyak kelapa, minyak biji bunga matahari ataupun minyak kedelai.  Keunggulan tersebut dapat kita lihat dari total produksi dalam per hektar tanaman kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain, tanaman kelapa sawit memiliki umur ekonomis yang panjang, resiko kegagalan budidaya kecil dan penggunaan kelapa sawit beragam.  Dari keunggulan tersebut yang membuat permintaan atas minyak kelapa sawit terus meningkat.  Tercatat pada tahun 2008, produksi Crude Palm Oil (CPO) mencapai 17.539.788 ton, hasil ini meningkat drastis sebesar 150 % dari tahun 2000 yang hanya mencapai produksi CPO sebesar 7.000.508 ton dengan rata-rata peningkatan 18.8 %/tahun.  Produktivitas kelapa sawit untuk Indonesia mulai dari tahun 2003-2009 mencapai rata-rata 3.27 ton/ha. produktivitas yang terbesar dimiliki oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) yaitu rata rata 3.59 ton/ha, disusul oleh Perusahaan Besar Negara (PBN) dengan rata-rata 3.48 ton/ha dan Perusahaan Rakyat (PR) sebesara 2.97 ton/ha.  Ekspor CPO pada tahun 2013 mencapai 20.572,2 ton dengan rata rata peningkatan nilai ekspor mencapai 22.24 %/tahun. CPO ini dikirim ke beberapa negara yaitu India, China, USA dan beberapa negara Uni Eropa (Direktorat Jendral Perkebunan, 2013).

Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

Persiapan Lahan.
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003). 
Pembibitan Bibit
Merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.
Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:
  1. Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
  2. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.
  3. Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.
  4. Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air. 
  5. Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang memenuhi syarat.
  6. Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun.
  7. Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit
Luas Pembibitan
Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m.
Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
  1. Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.
  2. Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
  3. Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama. 

Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya.
Kantong Plastik (Polybag) 
Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag.

Pembibitan Awal (Pre-Nursery)


Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery).
Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman. Pembibitan Utama ( Main-Nursery ) Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006).
 Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006).
Pemeliharaan (pada pembibitan)
Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat.
Pemeliharaan bibit meliputi :
  1.  Penyiraman
  2.  Penyiangan
  3.  Pengawasan dan seleksi
  4.  Pemupukan 

Penyiraman
  1.  Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan.
  2.  Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
  3.  Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.
Penyiangan
  1. Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida
  2. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

Pengawasan dan seleksi
  1. Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit.
  2. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang.
  3. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut (Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan.

Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
  • Bibit tumbuh meninggi dan kaku
  • Bibit terkulai
  • Anak daun tidak membelah sempurna
  • Terkena penyakit
  • Anak daun tidak sempurna. 

Pemupukan                                                                         
Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.

Hama dan Penyakit

Hama
  • Hama Tungau

Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR.
  • Ulat Setora

Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara penyemprotan dengan Pestisida

Penyakit
  • Root Blast

Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).
  • Garis Kuning

Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun. Gejala terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.
  • Dry Basal Rot

Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Panen
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang. Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampi batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun.
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. 


Thanks for Reading.

1 komentar:

Inkorena Sukartono mengatakan...

tugas pengolahan buah/biji sawit belum dibuat?

Posting Komentar

 
Aziz Saputra © 2016